RANGKUMAN
DI AJUKAN DALAM TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH
INDONISIA
DOSEN
Drs.Deden Ramdani.M.pd
OLEH
ABDUL SYAKUR
E1021141011
Program Studi Sosiatri
Jurusan sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu politik
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2017
Penulisan Pemenggalan
kata
1. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
a. Jika di tengah kata ada vocal yang
berurutan,pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vocal itu.
Missalnya:
ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf diftong ai,au, dan oi tidak
pernah di ceraikan sehingga pemenggalan kata tidak di lakukan di
antara kedua huruf itu.
Misaalnya: au-ia bukan a-u-l-a
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk
huruf gabungan konsonan, di antara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan.
Misalnya: Ba-pak, ba-rang, la-wan, de-ngan,
mu-ta-khir.
c. Jika
di tengah ada huruf konosan yang berurutan, pemenggalan di lakukan di antara
keua huruf konsonan itu.gabungan huruf konsonan tidak pernah di ceraikn.
Miisalnya:
Man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, ap-ril.
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf
konsonan atau lebih,pemenggalan di lakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang ke dua.
Misalnya:
in-stru-men, ul-tra, in-fra.
1. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk
awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya,dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.
CATATAN
a. Bentuk
kata pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak di penggal.
b. Akhiran
–i tidak di penggal. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung,Bab V,Pasal E,
Ayat l).
c. Pada
kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk.
2. Jika
suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur satu itu dapat bergabung dengn
unsur lain, pemenggalan dapat
dilakuukan (l) di antara unsure-unsur itu atau, (2) pada unsure gabungan itu
sesuai dengan kaidah ia, ib, dan id di atas.
Misalnya:
Intro-speksi,
in-tro-speks-si
Kilo-meter, ki-lo-me-ter
Keterangan
nama orang, badan hukum, dan nama
diri yang lain disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia
yang di sempurnakan kecuali jika ada
pertimbngan khusus.
Pemakaian
Huruf Kapital Atau Besar
1. Huruf kapital
atau huruf besar pakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Pekerjaan itu belum selesai
2. Huruf kapital dipakai sebegai huruf pertama
petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
“Besok pagi,” kata Ibu,”dia akan berangkat”.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama, Tuhan dan kitab suci, termasuk
kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, alkitab Quran, weda, islam,kristen
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
mahaputra yamin, sultan Hasanuddin, Haji
Agus Salim, imam Syafii, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan,dan
keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
Misalnya
Tahun ini ia pergi naik
Haji.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Udara Husen Sastranegera, Sekretaris
Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa Gubrnur yang baru dilantik
itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad
dilantik Menjadi mayor jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir hamzah, Dewi
Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin Disel, 10 volt
7. Huruf kapital dipakasi sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Bangsa Indonesia, Suku
sunda, Bahasa inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata
asing keinggris-inggrisan.
8. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
Tahun hijriah, tarikh
masehi, bulan agustus, bulan maulid, hari jumat, hari galugan, hari
lebaran, hari natal, perang candu,proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsanynya.
9. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Banyuwangi,
Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi,
Gunung
Semeru, Jalan Diponogoro, Kali Brantas, Lembah Baliem, Ngarai Sianok,
Pegunungan
Jayawijaya, Tanjung Harapan,Terusan Suez
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama
diri.
Misalnya:
berlayar ke Teluk, mandi
di kali.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
jenis.
Misalnya:
Gula jawa, Pisang ambon
10. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
Republic
Indonesia, Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, Badan Kesejahtraan Ibu dan anak,Keputusan
presiden Republik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1992
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah Republik
Beberapa badan Hukum Kerja sama antara pemerintah dan
rakyat Menurut
undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen, resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang
Dasar Republik
Indonesia, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidakterletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-asas Hukum Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan
sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A.
master of arts
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof.
profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. Saudara
14. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan
duduk, Dik!” kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau
penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
Penulisan
Kata Turunan
1. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
Bergeletar,
dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat
5.)
Misalnya:
bertepuk
tangan, menganak sungai, garis
bawahi, sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulis
serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat
5.)
Misalnya:
Mengggarisbawahi, dilipatgandakan, menyebarluaskan, penghancurleburan
4.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Adipati,
aerodinamika, mahasiswa, mancanegara, antarkota,
anumerta, audiogram,
awahama,
bikarbonat, biokimia,caturtunggal, dasawarsa,
dekameter, demoralisasi,
dwiwarna, ekawarna,
ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional,
introspeksi, kolonialisme,
kosponsor, multilateral, narapidana, nonkolaborasi,
Pancasila,
Panteisme,
paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka,
purnawirawan, reinkarnasi,
Saptakrida,
semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon,
transmigrasi, tritunggal,
ultramodern.
Catatan:
(1). Jika bentuk terkat di ikuti
oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
unsur itu di tuliskan tanda hubung
(-)
Misalnya:
Non-indonesia,
pon-Afrikanisme
(2).
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata
yang bukan kata dasar,
gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan tuhan yang
maha esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur
kepada tuhan yang maha pengasih.
Penulisan Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis
secara lengkat dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak,biri-biri,buku-buku,
bumiputrabumiputra ,centang-perenang, hati-hati,
hulubalang-hulubalang,
kuda-kuda, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, mata-mata, sia-sia,
undang-undang,
gerak-gerik, huru-hara, lauk- pauk,mondar-mandir, porak-poranda,
ramah-tamah,
sayur-mayur, tukar-menukar, tunggang-langgang, terus-menerus, berjalan-
jalan, menulis-nulis,
dibesar-besarkan
Penulisan Gabungan Kata
1. Gabungan kata
yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar mata
pelajaran, orang tua, kambing hitam, persegi panjang, model linear,
simpang empat, meja
tulis, kereta api cepat luar biasa, rumah sakit umum,simpang empat.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang
mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar, ibu-bapak kami, anak-istri saya, watt-jam, buku sejarah-baru,
orang-tua
muda,
mesin-hitung tangan.
3.
Gabungan kata berikut
ditulis serangkai.
Misalnya:
Acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali,
beasiswa, belasungkawa, bilamana, bismillah, bumiputra, daripada, darmabakti,
darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata,
kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi,
matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif,
saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi,
sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.
Penulisan Kata Depan di, ke, dan Dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam
gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada. (Lihat
juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam
semalam di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke
mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di
bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan
saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal
11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan
buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
Penulisan Partikel
1. Partikel
lah-kah, dan –tah di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Partikel
-lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai
Jakarta
adalah ibukota Republik
Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel
pun ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya.
Misalalnya:
Apa
pun yang dimakannya, ia tetap
kurus.
Hendak
pulang pun sudah tak ada
kendaraan.
Jangankan
dua kali, satu kali pun engkau
belum
pernah datang ke rumahku.
Jika
ayah pergi, adik pun ingin
pergi.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu,
misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun,biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya
belum diketahui.
Bagaimanapun juga
akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil
pekerjaannya dapat di jadikan pegangan.
Walaupun miskin ia selalu
bergembira.
3. Partikel
per yang berarti ‘mulai’,
‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai
negeri mendapat kenaikan gaji per 1
April.
Mereka
masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain ini Rp2.000,00 per helai.
Penulisan Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman
Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A. master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
S.Kar sarjana karawitan
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. Saudara
Kol. Kolonel
b. Singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan
Negara
SMTP sekolah menengah tingkat pertama
PT perseroan terbatas
KTP kartu
tanda penduduk
c.
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
Misalnya
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm halaman
sda. sama dengan atas
yth.ang
te(Sdr. m0h. hasan) y( yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
d. Lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti
tanda titik.
misalnya
Cu kuprum
TNT trinitrotoluena
Cm sentimeter
Kva kilovolt-ampere
L liter
Kg kilogram
Rp(5.000,00) rupiah
2.
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun
gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga
Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat
izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa
gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
denganjuruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bapenas Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani
Kongres Wanita Indonesia
SIM
Sekolah Staf Pimpinan
Administrasi
c.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim,
hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim
jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim
dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang
sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka
dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9
Angka
Romawi: I, II, III, IV, V, VI,
VII, VIII, IX, X,
L
(50), C (100), D (500), M (1000),
V
(5 000), M (1.000.000)
Pemakaiannya
diatur lebih lanjut dalam pasalpasal yang berikut ini.
2. Angka
digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, bobot, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
4 meter persegi tahun 1928
10 liter 17 Agustus 1945
Rp5.000,00 50 dolar Amerika
US$3.50* 10 paun Inggris
$5.10 100 yen
Y100 10 persen
2.000
rupiah 27 orang
Tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3. angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor
jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada
alamat.
Misalnya:
Jalan
Tanah Abang I No. 15
Hotel
Indonesia, Kamar 169
4. Angka
dingunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab
X, Pasal 5, halaman 252
Surah
yasin:9
5. Penulisan
lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua
belas 12
dua
puluh dua 22
dua
ratus dua puluh dua 222
b.
Bilangan pecahan
Misalnya:
Setengah ½
tiga perempat ¾
seperenam belas 1/16
tiga
dua pertiga 32/3
seperseratus 1/100
satu persen 1%
satu permil 1‰
satu dua persepuluh 1,
6. Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad
ke-20 ini; lihat Bab II pasal 5, dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II
itu;di tingkat ke dua tingkat gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantornya di
tingkat II itu.
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
(Lihatjuga
keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
Tahun
’50-an atau
uang lima puluhan
Uang
5000-an atau uang lima ribuan
Uang
lima 1000-an atau lima uang seribuan
8.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali
jika beberapa lambang bilangan dipakaisecara berurutan, seperti dalam perincian
dan
pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52
orang setuju, 15 orang
tidak setuju, dan 5 orang
memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempuh untuk
pengangkutan umum terdiri atas 50 bus,
100 helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis
dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang
tewas dalam kecelakaan itu.
Pak
Darmo mengundang 250 orang
tamu.
Bukan:
250
orang tewas dalam kecelakaan itu.
250 Dua ratus lima puluh orang
tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta
rupiah.
Penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta
orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi.
Misalnya:
Kantor
kami mempunyai dua puluh orang
pegawai.
Di
lemari itu tersimpan 805 buku
dan majalah.
Bukan:
Kantor
kami mempunyai 20 (dua puluh) orang
pegawai.
Di
lemari itu tersimpan 805 (delapan
ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan di lambangkan dengan angka dan
huruf,penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh
Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh
Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah
Pemakaian Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang
bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Solo.
Biarlah
mereka duduk di sana.
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
Hari
ini tanggal 6 April 1973.
Marilah
kita mengheningkan cipta.
Sudilah
kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2.
Tanda titik dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A.
Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B.
Direktorat Jenderal Agraria
b.
1. Patokan Umum
1.1
Isi Karangan
1.2
Ilustrasi
1.2.1
Gambar Tangan
1.2.2
Tabel
1.2.3
Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf.
3.
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4.
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.32.20
jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30
jam (30 detik)
5. Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltervreden: Balai Pustaka.
6.
a.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam
menewaskan 1.231 jiwa.
b. Tanda titik tidak dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di
Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
7.
Tanda titik tidak
dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I
UUD’45)
Salah Asuhan
8.
Tanda titik tidak
dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat
pengirim surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanda titik)
1 April 1991 (tanda titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanda titik)
Jalan Arif 43 (tanda titik)
Palembang (tanda titik)
Atau
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa
titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta ( tanpa titik)
Pemakaian Tanda Koma
(,)
1. Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan
tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun
surat khusus memerlukan perangko. Satu, dua,..tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului
induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
b.
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya
tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia
lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia
tahu bahwa soal itu penting.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada
awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan
akan tetapi.
Misalnya:
… Oleh karena itu,
kita harus berhati-hati.
… Jadi, soalnya
tidak semudah itu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata yang
lain
yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati,
ya, nanti jatuh.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab
V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
Kata Ibu,”Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata
Ibu,”karena kamu lulus.”
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan
alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal,
dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan
kepada
Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6,
Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1,
Bogor
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
8. Tanda
koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana,
Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa
Baru Bahasa Indonesia,
jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda
koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia
untuk Karang-mengarang (Yogyakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan
atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
Rp12,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat
juga pemakaian tanda pisah, bab V, Pasal F.)
Misalnya:
Guru
saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua
siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
Bandingkan
dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua
siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari
salah baca–di belakang keterangan yang
terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi
mengucapkan
terima kasih.
Bandingkan
dengan:
Kita memerlukan sikap yang
bersungguhsungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih
atas bantuan Agus.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru.
Misalnya:
“Di
mana Saudara tinggal?” tanya Karin
“Berdiri
lurus-lurus! Perintahnya.
Penulisan Tanda Titik
Koma (;)
1. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
Malam
makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun
itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal namanama pahlawan nasional;
saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
Penulisan
Tanda Titik Dua (:)
1. a.
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita
sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada
dua
pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
b.
Tanda titik dua tidak dipakai
jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan
lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi
umum dan jurusan ekonomi
perusahaan.
2. Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan ayng memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua :
Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b.
Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar
Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3. Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor)
“Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat
kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan
baik-baik!” (duduk di kursi besar)
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid
atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di
antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit
buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah
terbit.
Tjokronegero, Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan
Kita? Djakarta: Eresco, 1968
Penulisan
Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar
yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada
juga
cara yang baru.
Suku
kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal
baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu
telah disampaikan….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak….
Atau
Beberapa
pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan….
Walaupun
sakit, mereka tetap tidak mau beranjak….
Bukan
Beberapa
pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan….
Walaupun
sakit, mereka tetap tidak mau beranjak….
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata
di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian
baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk
mengukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita
mengukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat
pertahanan yang canggih.
Akhiran
-i tidak dipenggal supaya
jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata
ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang kemerah-merahan
Angka
2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai
pada
teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja
satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda
hubung boleh dipakai untuk
memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan,
dan
(ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan
(20 5000), tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima-ribuan (1 25000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah
ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an.