Jumat, 14 April 2017

Pemenggalan kata bahasa indonesia



RANGKUMAN
DI AJUKAN DALAM TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH INDONISIA
DOSEN
Drs.Deden Ramdani.M.pd
OLEH
ABDUL SYAKUR
                                                                   E1021141011               




Program Studi Sosiatri
Jurusan sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu politik
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2017


Penulisan Pemenggalan kata 
1.      Pemenggalan kata pada kata dasar  dilakukan sebagai berikut.
a.        Jika di tengah kata ada vocal yang berurutan,pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vocal itu.
Missalnya: ma-in, sa-at, bu-ah.
            Huruf diftong ai,au, dan oi tidak pernah di ceraikan sehingga pemenggalan kata tidak di lakukan di
            antara kedua huruf itu.
            Misaalnya:       au-ia                bukan              a-u-l-a
b.      Jika  di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk huruf gabungan konsonan, di antara dua buah huruf  vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
             Misalnya: Ba-pak, ba-rang, la-wan, de-ngan, mu-ta-khir.
c.       Jika di tengah ada huruf konosan yang berurutan, pemenggalan di lakukan di antara keua huruf konsonan itu.gabungan huruf konsonan tidak pernah di ceraikn.
Miisalnya: Man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, ap-ril.
d.       Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,pemenggalan di lakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang ke dua.
Misalnya: in-stru-men, ul-tra, in-fra.
1.       Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya: me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.


CATATAN
a.       Bentuk kata pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak di penggal.
b.      Akhiran –i tidak di penggal. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung,Bab V,Pasal E, Ayat l).
c.       Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. Misalnya:  te-lun-juk.

2.      Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur satu itu dapat bergabung dengn unsur lain,           pemenggalan dapat dilakuukan (l) di antara unsure-unsur itu atau, (2) pada unsure gabungan itu sesuai dengan kaidah ia, ib, dan id di atas.
            Misalnya:
                        Intro-speksi, in-tro-speks-si
                        Kilo-meter, ki-lo-me-ter
Keterangan
            nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia
            yang di sempurnakan kecuali jika ada pertimbngan khusus.
           
            Pemakaian Huruf Kapital Atau Besar
1.       Huruf kapital atau huruf  besar pakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:         Apa maksudnya?
                  Pekerjaan itu belum selesai
2.       Huruf kapital dipakai sebegai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
            Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
            Besok pagi,” kata Ibu,”dia akan berangkat”.
3.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama, Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, alkitab Quran, weda, islam,kristen
4.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
            Misalnya:
                        mahaputra yamin, sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, imam Syafii, Nabi Ibrahim.

             Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,dan
            keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
            Misalnya
                        Tahun ini ia pergi naik Haji.
5.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
            Misalnya:
            Udara Husen Sastranegera, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya.
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
            nama orang, atau nama tempat.
            Misalnya:
            Siapa Gubrnur yang baru dilantik itu?
            Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik Menjadi mayor jenderal.
6.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
            Misalnya:
                        Amir hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere.
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis            atau satuan ukuran.
            Misalnya:
                        Mesin Disel, 10 volt
7.       Huruf kapital dipakasi sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
            Misalnya:
                        Bangsa Indonesia, Suku sunda, Bahasa inggris
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
            sebagai bentuk dasar kata turunan.
            Misalnya:
                        mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan.
8.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
            Misalnya:
                        Tahun hijriah, tarikh masehi, bulan agustus, bulan maulid, hari jumat, hari galugan, hari
                         lebaran, hari natal, perang candu,proklamasi kemerdekaan Indonesia.
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
            nama.
            Misalnya:
                        Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanynya.
9.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
                        Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi,
                        Gunung Semeru, Jalan Diponogoro, Kali Brantas, Lembah Baliem, Ngarai Sianok,
                        Pegunungan Jayawijaya, Tanjung Harapan,Terusan Suez
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama
            diri.
            Misalnya:
                        berlayar ke Teluk, mandi di kali.
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
            jenis.
            Misalnya:
                         Gula jawa, Pisang ambon
10.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
            Misalnya:
                        Republic Indonesia, Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan Dan
                        Kebudayaan,  Badan Kesejahtraan Ibu dan anak,Keputusan presiden Republik Indonesia,
                        Nomor 57, Tahun 1992
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
            Misalnya:
                        Menjadi sebuah Republik Beberapa badan Hukum Kerja sama antara pemerintah dan
                        rakyat Menurut undang-undang yang berlaku

11.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
            terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen, resmi.
            Misalnya:
                  Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik
                   Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
12.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidakterletak pada posisi awal.
Misalnya:
            Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
            Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
            Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
            Ia menyelesaikan makalah “Asas-asas Hukum Perdata”.
13.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
            Misalnya:
            Dr.       doktor
            M.A.     master of arts
            S.H.     sarjana hukum
            S.S.      sarjana sastra
            Prof.     profesor
            Tn.       tuan
            Ny.      nyonya
            Sdr.     Saudara
14.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
            Misalnya:
                        “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
                        Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”
                        Surat Saudara sudah saya terima.
                                    “Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
                        Besok Paman akan datang.
                        Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
                        Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
            dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
            Misalnya:
                        Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
                        Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
            Misalnya:
                        Sudahkah Anda tahu?
                        Surat Anda telah kami terima.
            Penulisan Kata Turunan
1.      Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
            Misalnya:
            Bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
2.       Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
            Misalnya:
                        bertepuk tangan, menganak sungai, garis bawahi, sebar luaskan
3.       Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
            Misalnya:
                        Mengggarisbawahi, dilipatgandakan, menyebarluaskan, penghancurleburan
4.       Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
            Misalnya:
                        Adipati, aerodinamika, mahasiswa, mancanegara, antarkota, anumerta, audiogram,
                         awahama, bikarbonat, biokimia,caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi,
                        dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional,
                        introspeksi, kolonialisme, kosponsor, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila,
                        Panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi,
                        Saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal,
                        ultramodern.
Catatan:
            (1). Jika bentuk terkat di ikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
            unsur itu di tuliskan tanda hubung (-)
            Misalnya:
                        Non-indonesia, pon-Afrikanisme
            (2).  Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar,
            gabungan itu ditulis terpisah.
            Misalnya:
                        Mudah-mudahan tuhan yang maha esa melindungi kita.
                        Marilah kita bersyukur kepada tuhan yang maha pengasih.

            Penulisan Bentuk Ulang
                        Bentuk ulang ditulis secara lengkat dengan menggunakan tanda hubung.
            Misalnya:
                        anak-anak,biri-biri,buku-buku, bumiputrabumiputra ,centang-perenang, hati-hati,
                        hulubalang-hulubalang, kuda-kuda, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, mata-mata, sia-sia,
                        undang-undang, gerak-gerik, huru-hara, lauk- pauk,mondar-mandir, porak-poranda,
                        ramah-tamah, sayur-mayur, tukar-menukar, tunggang-langgang, terus-menerus, berjalan-
                        jalan, menulis-nulis, dibesar-besarkan

            Penulisan Gabungan Kata
1.       Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis terpisah.
            Misalnya:
                        duta besar mata pelajaran, orang tua, kambing hitam, persegi panjang, model linear,
                        simpang empat, meja tulis, kereta api cepat luar biasa, rumah sakit umum,simpang empat.
2.       Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
            Misalnya:
                        alat pandang-dengar, ibu-bapak kami, anak-istri saya, watt-jam, buku sejarah-baru,
                        orang-tua muda, mesin-hitung tangan.
3.      Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
            Misalnya:
Acapkali, adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bilamana, bismillah, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.

Penulisan Kata Depan di, ke, dan Dari
                        Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
            gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat
            juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
            Misalnya:
                        Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang?
            Mereka ada di rumah.
            Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
            Ke mana saja ia selama ini?
            Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
            Mari kita berangkat ke pasar.
            Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
            Ia datang dari Surabaya kemarin.

Catatan:
            Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
            Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
            Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
            Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
            Ia masuk, lalu keluar lagi.
            Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
            Bawa kemari gambar itu.
            Kemarikan buku itu.
            Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

            Penulisan Partikel
1.       Partikel lah-kah, dan –tah di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau
belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.


Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
            Baik para mahasiswa  maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
            Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat di jadikan pegangan.
            Walaupun miskin ia selalu bergembira.
3.      Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
            Harga kain ini Rp2.000,00 per helai.
           
            Penulisan Singkatan dan Akronim
            1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A. master of business administration
M.Sc.   master of science
S.E.     sarjana ekonomi
S.Kar   sarjana karawitan
S.K.M.                        sarjana kesehatan masyarakat
Bpk.    Bapak
Sdr.     Saudara
Kol.     Kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR                Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI               Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN                        Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP              sekolah menengah tingkat pertama
PT                    perseroan terbatas
KTP                 kartu tanda penduduk
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya
dll.       dan lain-lain
dsb.     dan sebagainya
dst.      dan seterusnya
hlm      halaman
sda.      sama dengan atas
yth.ang te(Sdr. m0h. hasan) y( yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
           
Tetapi:
a.n.      atas nama
d.a.      dengan alamat
u.b.      untuk beliau
u.p.      untuk perhatian
            d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
misalnya
Cu                               kuprum
TNT                             trinitrotoluena
Cm                              sentimeter
Kva                             kilovolt-ampere
L                                  liter
Kg                               kilogram
Rp(5.000,00)               rupiah
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI              Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN                Lembaga Administrasi Negara
PASI               Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP                Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM                 Surat izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis denganjuruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri             Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bapenas            Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi               Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani           Kongres Wanita Indonesia
SIM                 Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu             pemilihan umum
radar                radio detecting and ranging
rapim               rapat pimpinan
rudal                peluru kendali
tilang               bukti pelanggaran

Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

            Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
1.      Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab                : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi:          I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,
L (50), C (100), D (500), M (1000),
V (5 000), M (1.000.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasalpasal yang berikut ini.
2.      Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, bobot, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:                    
0,5 sentimeter              1 jam 20 menit
5 kilogram                   pukul 15.00
4 meter persegi            tahun 1928
10 liter                         17 Agustus 1945
Rp5.000,00                 50 dolar Amerika
US$3.50*                    10 paun Inggris
$5.10                           100 yen
Y100                           10 persen
2.000 rupiah                27 orang
 Tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3.       angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
4.      Angka dingunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah yasin:9
5.      Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.  Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas                                 12
dua puluh dua                         22
dua ratus dua puluh dua         222
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
Setengah                     ½
tiga perempat              ¾
seperenam belas          1/16                
tiga dua pertiga           32/3
seperseratus                 1/100
satu persen                  1%
satu permil                   1‰
satu dua persepuluh    1,
6.      Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini; lihat Bab II pasal 5, dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu;di tingkat ke dua tingkat gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantornya di tingkat II itu.
7.       Penulisan lambang bilangan yang mendapat  akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
(Lihatjuga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
Tahun ’50-an               atau uang lima puluhan          
Uang 5000-an             atau uang lima ribuan
Uang lima 1000-an      atau lima uang seribuan
8.       Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakaisecara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9.       Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
250 orang tewas dalam kecelakaan itu.
250 Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10.  Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11.   Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12.   Jika bilangan di lambangkan dengan angka dan huruf,penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah
           
Pemakaian Tanda Titik (.)

1.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2.      Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.  III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

5.      Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.

6.       a.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
    b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
         menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.

7.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD’45)
Salah Asuhan

8.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat pengirim surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanda titik)
1 April 1991 (tanda titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanda titik)
Jalan Arif 43 (tanda titik)
Palembang (tanda titik)
Atau
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta ( tanpa titik)

Pemakaian Tanda Koma (,)

1.      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko. Satu, dua,..tiga!

2.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3.       a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.

4.       Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan
akan tetapi.
Misalnya:
  Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
 … Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang
lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.

6.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
Kata Ibu,”Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu,”karena kamu lulus.”

7.       Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
8.      Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa
Baru Bahasa Indonesia, jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

9.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia
untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4

10.   Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.

11.   Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50

12.   Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, bab V, Pasal F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

13.   Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca–di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan
terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguhsungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

14.   Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karin
“Berdiri lurus-lurus! Perintahnya.

Penulisan Tanda Titik Koma (;)

1.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2.      Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal namanama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

Penulisan Tanda Titik Dua (:)
1.      a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada
dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

b.  Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi
umum dan jurusan ekonomi perusahaan.
    
2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan ayng memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.  Ketua                      : Ahmad Wijaya
Sekretaris        : S. Handayani
Bendahara       : B. Hartawan

b.  Tempat Sidang       : Ruang 104
Pengantar Acara    : Bambang S.
Hari                       : Senin
Waktu                   : 09.30
3.      Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

4.       Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegero, Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco, 1968


Penulisan Tanda Hubung (-)
1.       Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada juga
cara yang baru.

Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak….
Atau
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak….

Bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak….

2.       Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahanan yang canggih.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3.       Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai
pada teks karangan.

4.       Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5.      Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan,
dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 5000), tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial Bandingkan dengan:
be-revolusi dua-puluh-lima-ribuan (1 25000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

6.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
7.       Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar