Jumat, 14 April 2017

MAKALAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG BERDAMPAK BURUK TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHARIAN MASYARAKAT



MAKALAH
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG BERDAMPAK BURUK TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHARIAN MASYARAKAT
Dosen
TATANG ABDURAHMAN
Oleh
ABDUL SYAKUR (E1021141011)
ABDUL HALIM (E1021141021)
AHMAD ROKIB (E1021141010)
MUH. HUSNI MUBAROK (E1021141023)
                                                                                
                


PROGRAM STUDI SOSIATRI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
 2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat ridho dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perkebunan Kelapa Sawit yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan keseharian masyarakat” tanpa adanya halangan dan rintangan yang berarti. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas keloompok dari mata kuliah “Ilmu Kealaman Dasar”. Penulis menyampaikan terimakasih kepada teman-teman dan semua pihak yang terkait dalam penyelesaian makalah ini, tanpa bantuan dari teman-teman dan semua yang membantu saya dalam pembuatan makalah ini saya tidak bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh sekali dari kata sempurna dan masih terdapat banyak sekali kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makaalah ini.semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua amin.



                                                           

                                                                        Pontianak,  April 2015

              Penulis


DAFTAR ISI
                                                       
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 3
C.     Tujuan Masalah....................................................................................... 3
D.    Manfaat Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Permasalahan Kelapa Sawit di Inddonesia............................................. 4
B.     Perkebunan Kelapa Sawit di KALBAR dan dampaknya Bagi
Lingkungan............................................................................................. 5
C.     Aspek Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit............................................ 7
D.    Kerusakan Lingkungan Akibat Adanya Perkebunan Kelapa Sawit....... 7
E.     Pencemaran Industri Kelapa Sawit dan Tata Cara Pengelolaanya......... 9
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan................................................................................................. 13
B.     Saran....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14





      BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lingkungan Hidup di Indonesia menyangkut tanah, air, dan udara dalam wilayah negara Republik Indonesia. Semua media lingkungan hidup tersebut merupakan wadah tempat kita tinggal, hidup serta bernafas. Media lingkungan hidup yang sehat, akan melahirkan generasi manusia Indonesia saat ini serta generasi akan datang yang sehat dan dinamis. Pasal 1 (17) Undang undang No 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di katakan Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pembangunan industri, eksploitasi hutan serta sibuk dan padatnya arus lalu lintas akibat pembangunan yang terus berkembang, memberikan dampak samping. Dampak samping tersebut berakibat pada tanah yang kita tinggali, air yang kita gunakan untuk kebutuhan hidup maupun udara yang kita hirup. Apabila tanah, air dan udara tersebut pada akhirnya tidak dapat lagi menyediakan suatu iklim atau keadaan yang layak untuk kita gunakan, maka pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup telah terjadi.
Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai tempat dan berbagai tipe ekosistem. Misalnya, pada ekosistem pertanian atau perkebunan, pesisir dan lautan. Ancaman kepunahan satwa liar juga telah terjadi pada pengelolaan lahan perkebunan kelapa sawit pada lahan hutan.
Lingkungan hidup merupakan persoalan sangat penting dan strategis bagi kelangsungan kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Mengapa hal tersebut sangat vital bagi kehidupan manusia ? karena dengan adanya faktor faktor pengganggu terhadap lingkungan hidup menyebabkan terganggunya kelestarian fungsi lingkungan hidup seperti menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta meningkatnya kejadian bencana alam yang pada akhirnya bermuara pada menurunnya kualitas kehidupan manusia baik generasi masa kini maupun masa depan.
Secara umum, adanya gangguan hutan di mana-mana, yang paling merasakan akibatnya secara langsung adalah penduduk yang bermukim di kawasan atau sekitar kawasan hutan. Rusak atau hilangnya hutan, bukan saja dapat mengakibatkan gangguan lingkungan hayati, tapi juga secara langsung dapat mengganggu kehidupan sosial ekonomi dan budaya Masyarakat pedesaan hutan. Mereka yang tadinya mendapatkan bahan makanan dari jenis-jenis tumbuhan atau satwa liar dengan secara bebas di hutan, akan kehilangan sumber kehidupannya.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami mengingkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel. Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak ekologi perkebunan kelapa sawit adalah meningkatkan level CO2 (karbon diokasida) di atmoster, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, hilangnya sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong terjadinya bencana alam, berkurangnya kawasan resapan air, sehingga pada musim hujan akan mengakibatkan banjir karena lahan tidak mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air, kehancuran habitat flora dan fauna yang mengakibatkan konflik antar satwa, maupun konflik satwa dengan manusia. Akibat habitat yang telah rusak, hewan tidak lagi memiliki tempat yang cukup untuk hidup dan berkembang biak.
  




A.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,  maka rumusan masalah yang penulis angkat adalah:
1.      Apa saja permasalahan kelapa sawit yang terjadi di indonesia ?
2.      Seperti apa perkebunan kelapa sawit di KALBAR dan bagaimana dampak terhadap Lingkungann ?
3.      Bagaimana aspek perkebunan kelapa sawit terhadap perekonomian ?
4.      Kerusakan apa yang di sebabkan perkebunan kelapa sawit terhadap Lingkungan ?
5.      Seperti apa pencemaran yang terjadi pada kelpa sawit dan bagaimana cara pengelolaanya ?

B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui permasalahan kelapa sawit yang terjadi di indonesia.
2.      Untuk mengetahui perkebunan kelapa sawit yang berada di KALBAR  serta dampak terhadap Lingkungannya.
3.      Agar masyarakat tahu aspek perkebunan kelapa sawit terhadap Perekonomian.
4.      Untuk mengetahui kerusakan yang di sebabkan perkebunan kelapa sawit.
5.      Untuk mengetahui pencemaran yang di sebabkan kelapa sawit serta mengetahui tata cara pengelolaannya.
C.    Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1.        Bagi masyarakat, untuk memberikan pemahaman tentang keberadaan perkebunan kelapa sawit serta dampak lingkungan yang di sebabkan dan pencemaran akibat  pembuangan sisa limbah kelapa sawit.
2.        Bagi penulis, sebagai sarana informasi dalam pelatihan penulisan dan menambah pengetahuan tentang perkebunan kelapa sawit serta dampak yang di hasilkan bagi lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Permasalahan Kelapa Sawit Indonesia
Berbagai penelitian dan kajian, baik dari luar maupun dalam negeri, berbicara mengenai perkebunan kelapa sawit. Banyak pendapat kontra yang beredar dengan mengedepankan isu lingkungan dan kesehatan. Namun pendapat dan pembelaan yang pro terutama dari pelaku perkebunan sawit tidak kalah serunya. Kita harus meletakkan permasalahan pada porsinya dan melihat apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir masalah tersebut. Secara jujur juga Banyak pendapat kontra yang beredar dengan mengedepankan isu lingkungan dan kesehatan Informasi yang jujur dan berimbang mesti dikedepankan agar informasi yang disampaikan bukan menjadi proses pembodohan masyarakat (baik yang pro maupun kontra), namun menjadi pertimbangan pemikiran guna menyiapkan antisipasi masalah jangka panjangnya. Bagaimanapun juga, fakta saat ini Indonesia sudah memiliki lahan sawit dengan jumlah terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan eksportir terbesar tidak hanya dalam komoditas minyak kelapa sawit, tapi juga pada keseluruhan komoditas minyak nabati dunia. Dari kelapa sawit ini Indonesia mendapatkan devisa yang lumayan ditambah dengan penyerapan tenaga kerja. Bahwa terdapat berbagai masalah yang ada di fakta yang ada seperti kerusakan hutan dan keanekaragaman hayati, ketahanan pangan serta konflik agraria dan sumber daya alam juga merupakan fakta yang kesemuanya harus menjadi pijakan dalam mencari solusi yang terbaik.
Solusi yang dibuat haruslah berpihak pada kepentingan bersama internal nasional kita. Sebab perusahaan perkebunan merupakan kepentingan nasional, terlebih dalam konteks kelapa sawit dimana kita merupakan penghasil terbesar dan pengekspor terbesar serta penguasa pasar minyak nabati dunia. Harus dikesampingkan dulu masalah-masalah tambahan berupa tekanan internasional karena hal tersebut tidak hanya memperumit masalah yang sudah ada, namun juga dapat merongrong kepentingan nasional kita.

B.     Perkebunan Sawit di KALBAR dan Dampaknya Bagi Lingkungan
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan  serta terkenal dengan provinsi seribu sungai. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Sebagai provinsi yang geografisnya terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis serta topografi yang luas, perkembangan sektor perkebunan di Kalimantan barat dari tahun ketahun memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dalam skala perkebunan besar, produksi terbesar di Kalbar adalah tanaman kelapa sawit, dan untuk perkebunan rakyat, karet adalah komoditas utama yang menjadi primadona.
Karet dan kelapa sawit merupakan bentuk usaha yang dipilih karena hasil yang sangat menjanjikan. Sekitar 60% lahan yang ada di Kalimantan Barat kini telah beralih fungsi menjadi perkebunan. Lahan terluas yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit  di Kalimantan Barat yaitu di kabupaten Sanggau dengan luas lahan 63.238 Ha, untuk peringkat kedua yaitu di kabupaten Ketapang dengan luas lahan 49.936 Ha, dan untuk terluas ketiga yaitu kabupaten Sekadau dengan luas lahan 24.634 Ha.
Dibalik dampak positif yang dihasilkan oleh perkebunan sawit ini, terdapat pula dampak negatifnya. Keberadaan perkebunan kelapa sawit skala besar seperti sekarang ini, mengancam Kalimantan Barat sebagai satu kesatuan ekologis. Juga merusak keseimbangan alam dan lingkungan, seperti akar dari kelapa sawit sangat sulit untuk dibersihkan walaupun pohon sawit tersebut telah mati, namun dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar akar dan tanah yang telah ditanami kelapa sawit dapat digunakan lagi. Selain itu tanah bekas perkebunan kelapa sawit akan menjadi gersang karena unsur-unsur hara yang ada di dalam tanah telah habis.
Dari Sambas menceritakan derita banyak orang karena pembukaan perkebunan sawit. Ada perusahaan melakukan sosialisasi diam-diam. Bahkan ada sosialisasi secara langsung kemudian penggusuran lahan. Ada banyak lahan kebun dan perkuburan keramat (kuburan tua) yang digusur untuk perkebunan sawit. Tidak hanya itu, pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit kerap menimbulkan pencemaran akibat asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan  pembuangan limbah, hal ini merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan data Kasdam XII Tanjungpura bahwa konflik lahan yang ada di Kalimantan Barat cukup kencang saat ini sudah ada 84 kasus yang menyangkut lahan perkebunan. Dari 84 kasus tersebut, biasanya yang paling sering terjadi yaitu masyarakat adat dengan perkebunan, pemilik lahan dengan pemerintah, perusahaan dengan pemerintah, masyarakat dengan masyarakat dan karyawan dengan perusahaan. Salah satu contoh kasus yaitu persoalan di Kawasan Hutan adat Seruat Dua Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat  mengenai konflik antara masyarakat dan perusahaan kelapa sawit. Karena masyarakat sekitar resah akan lahan yang telah dirambah untuk perkebunan sawit, hal ini menjadikan mereka akan kesulitan mendapatkan air tawar pada saat kemarau datang setelah hutan itu gundul dikarenakan hutan itu adalah sumber air tawar bagi masyarakat.
Hal yang paling dikritisi adalah pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan skala besar. Misalnya saja, target untuk luasan pembukaan perkebunan kelapa sawit yaitu 1,5 juta Ha. Kebun yang sudah ditanam dan telah dikelola mencapai 900 ribu hektar. Tetapi faktanya proses perizinan kini sudah mencapai 4,8- 4,9 juta Ha. Luas perkebunan yang masih dalam proses perizinan yang jauh lebih luas dari target itu akan kembali merusak hutan di Kalbar. Target yang 1,5 juta hektar itu sebenarnya prioritas untuk lahan kritis dan tidak produktif. Tetapi jika izin nanti melebihi target, bisa dipastikan jika yang diambil itu bukan hanya lahan kritis. Pasti di dalamnya ada tanah yang masih punya hutan, ada hutan produksi, dan lahan gambut. Wilayah  yang dikelola masyarakat menjadi semakin sempit.
Jika beberapa tahun kedepan pembukaan perkebunan masih terus diperluas, akibatnya akan terjadi bencana alam yang mungkin berujung pada bencana kemanusiaan. Seharusnya bencana alam dapat dicegah sejak dini, sebagai suatu harapan agar anak cucu nanti masih dapat melihat betapa indahnya alam yang luas dan pohon-pohon lebat maka mulai dari sekarang upayakan dalam menerima suatu perusahaan pertimbangkan matang-matang apa dampak yang ditimbulkan baik dampak positif maupun negatif.

C.    Aspek Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit
Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit memegang peran yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cukup cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Saat ini pemerintah Indonesia ini telah bertekad untuk menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal.
Bagi Pemerintah Daerah komoditas kelapa sawit memegang peran yang cukup penting sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) selain itu membuka peluang kerja yang besar bagi Masyarakat setempat yang berada disekitar lokasi perkebunan yang dengan sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kalimantan Tengah tercatat 14 jenis tanaman, dengan karet dan kelapa sebagai tanaman utama perkebunan rakyat, dan kelapa sawit sebagai komoditi utama perkebunan besar yang dikelola oleh pengusaha perkebunan baik sebagai Perkebunan Besar Swasta Nasional/Asing ataupun PIR-Bun (perusahaan inti rakyat perkebunan) dan KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggo tanya).

D.    Kerusakan Lingkungan Akibat Adanya Perkebunan Kelapa Sawit
Budidaya tanaman kelapa sawit menerapkan sistem monokultur yang mensyaratkan pembersihan awal pada lahan yang akan digunakan (land clearing). Secara ekologis, memang pola monokultur lebih banyak merugikan karena penganak emasan tanaman tersebut akan berdampak pada penghilangan (atau pengurangan tanaman lain).
Jika lahan baru yang dibuka berupa hutan, maka tentu saja ini akan berdampak pada berkurangnya atau bahkan hilangnya keanekaragaman hayati yang sudah ada sebelumnya. Keanekaragaman hayati membentuk ekosistem yang kompleks dan saling melengkapi, gangguan atas ekosistem tentu akan mengganggu keseimbangan alam, misalnya pada hilangnya aktor-aktor alam yang berperan dalam rantai makanan. Kehilangan satu aktor yang ada pada rantai makanan dalam posisi lebih tinggi dari aktor lainnya akan menyebabkan peningkatan populasi aktor dibawahnya tanpa dikontrol oleh predator alami yang ada di atasnya. Bisa dibayangkan jika ledakan populasi itu merupakan ancaman bagi populasi lain. Contoh paling gampang adalah populasi yang mengganggu dan kemudian disebut hama.
Pada beberapa kasus, pembukaan lahan hutan tidak hanya lahan sawit diikuti dengan pembakaran untuk mempercepat proses land clearing. Kasus asap yang muncul dari kebakaran (atau pembakaran) hutan sangat sering muncul beberapa waktu lalu dan kita semua sudah tahu dampaknya.
Adapun untuk lahan yang sudah beroperasi, kegiatan pertanian dan perkebunan, seperti aktivitas pemupukan, pengangkutan hasil, termasuk juga pengolahan tanah dan aktivitas lainnya, secara kumulatif telah mengakibatkan tanah mengalami penurunan kualitas (terdegradasi), karena secara fisik, akibat kegiatan tersebut mengakibatkan tanah menjadi bertekstur keras, tidak mampu menyerap dan menyimpan air. Penggunaan herbisida dan pestisida dalam kegiatan perkebunan akan menimbun residu di dalam tanah. Demikian juga dengan pemupukan yang biasanya menggunakan pupuk kimia dan kurang menggunakan pupuk organik akan mengakibatkan pencemaran air tanah dan peningkatan keasaman tanah.
Tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman yang rakus air. Ketersediaan air tanah pada lahan yang menjadi perkebunan kelapa sawit tersebut akan semakin berkurang. Hal ini akan mengganggu ketersediaan air, tidak hanya bagi manusia namun bagi tanaman itu sendiri. Dengan berkurangnya kuantitas air pada tanah dapat menyebabkan para petani akan sulit mengembangkan lahan pertanian pasca lahan perkebunan kelapa sawit ini beroperasi. Jika dibiarkan tanpa antisipasi atas dampak jangka panjang, maka lahan demikian akan menjadi terlantar dan pada akhirnya akan menjadi lahan kering juga gersang yang terbengkalai. Dampak lingkungan tersebut memang cukup mengkhawatirkan. Namun bukan berarti tidak ada solusi yang bisa dikembangkan guna mengantisipasi dampak tersebut.
Kita harus mempertimbangkan ulang pembukaan hutan, terutama pada hutan-hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan di masa mendatang diproyeksikan sebagai sumber air untuk infrastruktur pendukung pertanian seperti waduk. Namun memang diperlukan sinergi supaya semua kebijakan tersebut dapat saling topang. Konservasi hutan dalam jangka panjang akan membantu konversi balik lahan sawit menjadi lahan pertanian jika pasokan air yang mencukupi dari hutan yang terkonservasi dapat dijaga. Atau dalam konteks perkebunan kelapa sawit itu sendiri, pasokan air yang mencukupi akan membantu pertumbuhan tanaman kelapa sawit dalam hal ketersediaan air dalam jangka panjang.
Demikian juga penggunaan pupuk kimia harus mulai dikombinasi dengan  pupuk organik berbasis bioteknologi yang memiliki kadar mikroba penyubur atau pembenah tanah. Penggunaan pupuk kimia yang lebih berorientasi pada pertumbuhan tanaman harus dikombiMnasi dengan pupuk organik yang berorientasi pada kesuburan tanah dengan menjaga proses biologi dan kimia tanah tetap berlangsung. Kesuburan tanah diharapkan bisa tetap terjaga sehingga tidak hanya menguntungkan bagi tanaman, namun mencegah proses penggurunan yang terjadi.

E.     Pencemaran Limbah Industri Kelapa Sawit dan Tata Cara pengelolaanya
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat (Agustina,dkk, 2009). Dalam pengelolaan industri kelapa sawit juga dihasilkan limbah baik yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit maupun yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit. Untuk menghindari masalah lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri kelapa sawit, maka diperlukan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini didukung oleh sikap untuk menciptakan produk yang harus berorientasi lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah lingkungan (green consumerism). Oleh karena itu pendekatan yang banyak diterapkan adalah konsep produk bersih (cleaner production).
Konsep ini dilakukan dengan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. Kata kunci yang diperlukan dalam pengelolaan adalah menimalkan limbah, analisis daur hidup, teknologi ramah lingkungan. Pola pendekatan untuk meciptakan produk bersih adalah pencegahan dan meminimalisasi limbah yang menggunakan hirarki pengelolaan melalui 1E 4R yaitu Elimination (pencegahan), Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), Recycle (daur ulang), Recovery/Reclaim (pungut ulang) (Panca Wardhanu, 2009).

1.      Pengelolaan Limbah Cair Limbah Industri Kelapa Sawit
Industri kelapa sawit merupakan industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit dapat berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12 %) an air hasil pengolahan (13-23 %). Menurut Djajadiningrat dan Femiola (2004) dari 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dapat dihasilkan 600-700 kg limbah cair. Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 28,7 juta ton limbah pertahun. Ketersediaan limbah itu meupakan potensi yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun sebaliknya akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan manusia jika pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik dan profesional.
Limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas dengan melakukan rekayasa. Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut bioreaktor. Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk meproduksi biogas. Selain itu juga dapat ditambahkan mikroba untuk mempercepat pembentukan gas metan untuk menghasilkan biogas. Proses tersebut dapat menghasilkan potensi yang sangat besar. Dari 28,7 juta ton limbah cair kelapa sawit dapat dihasilkan 90 juta m3 biogas yang setara dengan 187,5 milyar ton gas elpiji (Anonim, 2009).
Selain itu limbah cair dapat juga dimanfaatkan untuk pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan.

2.      Pengelolaan Limbah Padat Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan tempurung/cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi dan dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan pupuk tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium hingga 20%. 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg kompos.
Selain itu tandan kosong kelapa sawit mengandung 45 % selulose dan 26% hemiselulose. Tingginya kadar selulose pada polisakarida tersebut dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui dengan cepat (renewable). 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonim, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sehingga dapat menambah pendapatan dan mengurangi limbah padat.
Cangkang dan serat kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit biasanya dibakar untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran cangkang dan serat telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan pabrik kelapa sawit. Namun seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan serat, maka serat dan cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang saat ini telah dimanfaatkan untuk pembuatan berikat arang aktif dan bahan campuran pembuatan keramik. Sedangkan serat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.
Sementara itu limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit berupa pelepah kelapa sawit dan batang kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai bahan pulp untuk pembuatan kertas dan perabot. Sedangkan daun dan pelepah kelapa sawit digunakan untuk pakan ternak.















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Pembangunan perkebunan kelapa sawit juga berdampak negatif kalau dilakukan secara sembarangan. Dampak ini dapat merusak lingkungan. Pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan akan melibatkan pemerintah, investor, masyarakat, yang masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu, perlu ada kemitraan antara ketiga pelaku (stakeholders) bisnis kelapa sawit tersebut.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan  produktivitas, dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri.  Selain dampak positif ternyata juga memberikan dampak negatif. Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan hewan bahkan bencana alam akibat penggundulan hutan.
Pembuangan limbah hasil pengelolaan kelapa sawit yang di lakukan sembarangan juga memberikan dampak buruk terhadap lingkungan serta menyebabkan kerugian terhadap kehidupan masyarakat dan membuat tidak seimbangnya ekosistem terhadap lingkungan.
B.     Saran
Di harapkan kepada pemerintah untuk lebih ketat dalam pengawasan perkebunan kelapa sawit, agar tidak terjadi peluasan lahan yang di lakukan sembarangan oleh pemilik perkebunan. Perhatian terhadap pekerja juga lebih di perhatikan agar kesenjangan tidak terjadi pada pekerja kelapa sawit. Kepada pemilik perkebunan untuk tidak membuang sembarangan limbah hasil pengelolaan kelapa sawit, karna akan mencemari dan menyebabkan kerugian terhadap masyarakaat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Sabiham, S. 2013. Sawit dan Lahan Gambut Dalam Pembangunan Kebun Kelapa
Sawit di Indonesia. Himpunan Gambut Indonesia.

Zulkifli. 2000. Dampak Perdagangan Bebas terhadap keragaan Industri Kelapa
Sawit Indonesia dan Perdagangan Minyak Sawit Dunia. Disertasi Doktor. PPS IPB. Bogor
kelapa.html
Purba, J. H. 2011. Damp  ak Pajak Ekspor CPO terhadap Industri Minyak
Goreng Indonesia. Disertasi Doktor. SPS. IPB. Bogor

http://anggunarianto.blogspot.com/2013/06/perkebunan-sawit-di-kalbar-dan.html





 Berikut dibawah ini adalah power poin dari makalah  diatas :

https://drive.google.com/open?id=0Bz-8hg9W7f13Q09ubV92SFJzQVk 


2 komentar:

  1. AYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI

    HUBUNGI KONTAK KAMI :
    BBM : D8E23B5C
    WHAT APPS : +85581569708
    LINE : togelpelangi
    WE CHAT : togelpelangi
    LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET

    SALAM JACKPOT DARI KAMI :)

    BalasHapus