Jumat, 14 April 2017

Resume Filantropi Sosial



TUGAS RESUME
Mata Kuliah
Filantropi Sosial
Dosen
Donatianus
Oleh
Abdul Syakur
E1021141011






PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016



1.      Pengertian, sifat serta Kategori Perilaku Filantropi
Perilaku manusia barasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku juga dapat disebut akhlak, karena akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan peran manusia sebagai individu, sosial, dan berketuhanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah Keturunan, dan Lingkungan. Ilmu pengetahuan juga dapat mempengaruhi perilaku. Karena perilaku merupakan sesuatu yang muncul dari pengetahuan.
Perilaku manusia berkenaan dengan diri sendiri dan sosial, perilaku filantropi merupakan salah satu yang berkenaan dengan sosial. Dalam kamus ensiklopedia inggris filantropi diartikan affection for mankind yang artinya kasih sayang untuk umat manusia. Jadi pengertian perilaku filantropi adalah tindakan sukarela untuk kepentingan publik. Menurut sifatnya filantropi ini dikenal dengan dua bentuk, yakni filantropi tradisional dan filantropi untuk keadilan sosial. Filantropi tradisional adalah filantropi yang berbasis karitas (charity). Praktrek filatropi tradisional pada umumnya berbentuk pemberian para dermawan kepada kaum miskin untuk memenuhi kebutuhan makanan, tempat tinggal, pakaian dan lain-lain. Dilihat dari orientasinya, filantropi tradisional lebih bersifat individual. Sedangkan filantropi untuk keadilan sosial merupakan bentuk kedermawanan sosial yang dimaksudkan untuk menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin.
Kedermawanan berarti mendahulukan bagian orang lain dibanding bagian kita sendiri secara mutlak, baik duniawi maupun ukhrawi, di samping bergegas memberinya sebelum diminta. For muslims, islamic philantropy including zakat, infak, sedekah dan wakaf is the embodiment of that care (Dalam Islam, konsep filantropi dikenal dalam istilah zakat, infak, sedekah dan wakaf, adalah perwujudan kedulian kepada sesama). Di dalam al-Qur‟an perintah berderma terkandung makna kemurahan hati, keadilan sosial, saling berbagi, dan saling memperkuat. “Perpektif al-Quran mengenai praktik berfilantropi berakar pada idel-ideal esensial berikut ini: pertama, tidak ada satu dikotomi antar usaha-usaha spiritualdan material dalam kehidupan manusia: kedua, menjadi karakter, tujuan dan fungsi komunitas Muslim: ketiga konsep trusteeship dan kekayaan. Idel-ideal tersebut dalam al-Qur‟an memapankan satu basis bagi ungkapan moral yang mendasar, dan juga praktik aktual berderma dalam konteks Islam.
Menurut Muhammad Abdul Aziz al-Akhauli, Orang yang mengorbankan hartanya dijalan Allah kepada kaum fakir-miskin, orang-orang yang berhutang, dan para pejuang atau mendermakan hartanya untuk kepentingan umum, maka demikian merupakan benteng yang kokoh dan tembok penyekat kuat yang menjaga dari kobaran dan jilatan api neraka.44 Orang yang memiliki perilaku ini banyak jenisnya, karena perilaku filantropi tidak hanya berkenaan dengan material saja, melainkan juga berkaitan dengan perbuatan atau perilaku. Perilaku filantropi dapat di katagorikan sebagai berikut;
  1. Pemurah, suka memberi atau suka membantu orang atau memberi pertolongan,
  2. Sedekah dan Infaq,
  3. Menolong tanpa pamrih (Altruisme).
2.      Pengertian, sifat serta Kategori Perilaku Filantropi
Kata filantropi bagi sebagian orang mungkin masih asing ditelinganya. Namun bagi sebagian yang pernah mendengar kata ini mungkin juga akan bertanya, "Apa itu Filantropi?" Filantropi bukanlah bahasa Indonesia asli. Kata ini adalah kata serapan dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata philein yang artinya cinta dan anthropos artinya manusia. Jadi filantropi dalam bahasa Indonesia secara bahasa artinya saling mencintai antar sesama manusia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia filantropi artinya kedermawanan. Diartikan kedermawanan, karena seseorang yang dermawan adalah orang yang senantiasa terbuka dan senang memberikan sesuatu kepada orang lain yang dicintainya. seseorang tidak akan memberikan sesuatu dengan terpaksa kepada orang kecuali terhadap orang yang dicintainya. Walaupun ada juga orang yang memberikan hartanya bukan karena mencitntai orang yang diberi. Ini artinya memberikan sesuatu dengan terpaksa. Misalnya ketika terjadi penodongan, tentu kita lebih mencintai nyawa kita, kalau kita tidak mampu mempertahankan kita akan memberikan sesuatu kepada penodong apa yang dimintanya. Yang demikian ini menurut saya tidak termasuk filantropi karena ada rasa keterpaksaan. Yang saya maksudkan dengan filantropi disini adalah memberikan sesuatu dengan tidak ada rasa keterpaksaan.
Saya pernah mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan seminar filantropi di hotel Radison (sekarang Yogya Plasa), jalan moses Gatotkaca Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia pada awal tahun 2000an.  Saya agak canggung untuk mengikuti seminar itu, hampir-hampir saya tidak percaya. Karena saya terus terang tidak mengetahui sama sekali tentang apa itu filantropi. Sempat saya bertanya-tanya dalam hati, “apa itu filantropi?” Satu sisi saya sendiri belum memahami tentnag filantropi apalagi dikaitkan dengan agama (Islam) karena waktu itu penyelenggaranya adalah UII. Bagi saya ini adalah hal baru, karena mendengar Istilah itu ya baru saat itu. Sebelumnya, jujur, saya belum pernah mendengar sama sekali istilah filantropi.
Justru ketidaktahuan ini menjadikan saya penasaran, untuk mengetahui lebih lanjut tentang filantropi. Saat itu saya juga mencoba untuk  melakukan brosing internet. Ternyata hasilnya tidak saya dapatkan satupun artikel dalam bahasa indonesia. Saya hanya mendapatkan beberapa artikel dalam bahasa Inggris. Saya jadi tambah penasaran lagi. Baru setelah penasaran begitu lama medapatkan kata itu dalam kamus Besar Bahasa Indonesia. Saya mendapatkan arti filantropi sebagai salah satu bentuk kedermawanan. setelah memahami apa itu fiantropi ternyata gerakan atau praktek filantropi sudah sering kita lakukan, hanya saja kita tidak menyadari kalau apa yang pernah kita lakukan adalah salah satu aktifitas ataupun dari gerakan filantropi.
Saya juga baru menyadari bahwa yang dibicarakan dalam seminar tersebut adalah bagaimana menangani anak jalanan, gelandangan dan pengemis. Semua itu bagian dari bentuk kedermawanan. Selama ini banyak orang memberikan bantuan kepada para anak jalanan, gelandangan dan pengemis. Yang menjadi pertanyaan adalah sampai kapan kita memberikan uang recehan kita kepada orang-orang itu.  Apakah mereka akan selamanya berada di jalanan. Ini yang menjadi pokok pembicaraan dalam seminar itu.
Motif Gerakan Filantropi Orang memberikan sesuatu, kepada orang lain tentu ada motif yang mendorong untuk melakukannya. Beberapa motif orang memberikan bantuan antara lain;
1.      Perintah agama. Setiap Agama cenderung kepada kebaikan, termasuk memberikan bantuan kepada saudaranya. Orang yang taat kepada perintah agama senantiasa berusaha menjaga kebaikan agamanya. Karena baik dan buruk agama yang dianut itu tergantung pada baik buruk umatnya. Ketika umat beragama berperilaku baik sesuai dengan tuntunan agamanya maka orang akan memberikan penilaian baik terhadap agamanya, demikian juga sebaliknya apabila umat beragama berperilaku menyimpang dari aturan dan tata nilai yang ada di masyarakat, tentu orang akan cenderung memberikan penilaian agama tersebut tidak baik. Oleh karena itulah agama memberikan ajaran-ajaran kebaikan bagi setiap pemeluknya. Jadi apabila ada orang yang melakukan tindakan buruk dalam perilaku kehidupan beragamanya maka bukan berarti agamanya buruk, tetapi orang tersebut yang buruk. Karena setiap agama mengajarkan kebaikan yang kadang ukuran kebaikannya berbeda. Kebaikan yang diajarkan agama bermacam-macam temasuk memberikan anjuran kepada orang lain.    
2.      Merasa kasihan. Apabila kita menyaksikan penderitaan, tentu ada perasaan tidak nyaman dalam diri kita. Perasaan tidak nyaman itu adalah suatu dorongan yang mengajak untuk membebaskan orang lain dari penderitaan. Ini merupakan fitrah manusia, karena hal ini akan terjadi pada setiap orang yang memiliki hati nurani. Penderitaan itu tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Ada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal boleh jadi penderitaan itu terjadi karena perilaku sendiri. Disisi lain boleh jadi pula penderitaan itu terjadi atas tekanan atau perilaku orang lain. seseorang pada dasarnya memiliki sifat kebaikan, ia melakukan keburukan itu kemungkinan karena rasa ketidak adilan yang tidak didapatkan dalamkehidupan. orang merasa tertekan, merasa tersakiti dan merasa terdholimi boleh jadi akan menjadi orang jahat apabila tidakada benteng moral dasar yang dimiliki leh seseorang. dasar moral tersebut adalah dasar moral agama.
3.      Rasa Cinta. Seseorang memeberikan sesuatu bisa jadi karena rasa cinta terhadap orang lain yang tumbuh dari dalam hati. Seorang ibu yang mencintai anak-anak walaupun bukan darah daging nya karena anak-anak sudah besar. sehingga boleh jadi ibu sering membrikan hadiah karena rasa cintanya kepada anak-anak yang bermain di halaman rumahnya.
3.      Pengertian, sifat serta Kategori Perilaku Filantropi
a. Pemurah
Pemurah artinya suka memberi atau suka membantu orang atau memberi pertolongan, bantuan kepada orang lain. Bantuan atau pertolongan itu dapat berupa harta benta, tenaga, atau pikiran. Allah menentukan nasib orang berbeda-beda. Ada orang yang hidupnya berkecukupan, ada yang kekurangan. Adakalanya orang bernasib mujur atau beruntung, adakalanya bernasib malang. Sifat pemurah seseorang tampak terlihat dalam sikapnya sehari-hari. Ia tidak segan-segan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan baik diminta ataupun tidak. Agama Islam mengajarkan agar setiap umatnya memiliki sifat pemurah. Harta yang dimiliki seseorang sebenarnya adalah titipan Allah. Harta tersebut harus dipelihara dan digunakan sesuai dengan ketentuannya. Islam menghendaki sikap ini dikembangkan secara wajar, mulai dari dalam keluarga sampai yang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan. Orang yang memiliki sifat pemurah tidak ragu-ragu mengeluarkan sebagian hartanya untuk membantu orang lain. Jika ada orang datang meminta bantuan, ia dengan ikhlas memberikan bantuan.
b. Sedekah dan Infaq
Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta benda yang dimiliki untuk kepentingan yang mengandung kemaslahatan. Dalam infaq tidak ada nishob. oleh karena itu, infaq boleh dikeluarkan oleh orang yang berpenghasilan tinggi atau rendah, disaat lapang maupun sempit. Infaq merupakan ibadah sosial yang sangat utama. Kata infaq mengandung pengertian bahwa menafkahkan harta di jalan Allah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru akan semakin menambah harta. Suatu kenikmatan utama dari Allah adalah rezeki yang lapang dan harta yang melimpah, sedang harta yang terbaik ialah harta yang menjaga dari kehinaan meminta dan untuk menjaga kehormatan. Orang yang mengerti hak dirinya dan menghendaki kebahagiaan maka ia bersikap dan berperilaku memenuhi kehormatan, tidak butuh meminta kepada orang lain dan harta dijadikan sebagai kekuatan di tengah kehidupan manusia.
Sedekah adalah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan berupa barang maupun jasa dari seseorang kepada orang lain tanpa mengaharap suatu imbalan apapun selain ridho Allah53. Sedekah menunjukkan pengertian tentang kebenaran keimanan seseorang (Shaddaqa). dengan bersedekah berarti seseorang tidak hanya meyakini keimanannya dalam hati, tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Hukum dan ketentuan sedekah sama dengan ketentuan infaq. Hanya saja jika infaq berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti yang lebih luas, termasuk pemberian yang sifatnya non materi, seperti memberikan jasa, mengajarkan ilmu pengetahuan, dan mendoakan orang lain.Sesungguhnya apa yang kita sedekahkan adalah menyampaikan hak orang lain yang terdapat atau dititipkan melalui harta kekayaan kita. Karena itu, relakanlah, lapangkanlah hati dan jiwa, saat dan setelah memberikan hak orang lain itu. Ketika kita bersedekah perlihatkanlah bahwa kita benar-benar ikhlas dan bergembira dengan apa yang telah kita lakukan, tunjukkanlah wajah yang cerah, dan senyum yang menunjukkan bahwa kita senang.
c. Menolong Tanpa Pamrih
Perilaku menolong tanpa pamrih merupakan pemberian pertolongan pada orang lain tanpa mengaharap adanya keuntungan pada diri orang yang menolong. Altruistic behavior would consist of committing an action which would help the person in need (perilaku menolong orang lain tanpa pamrih adalah melakukan suatu tindakan untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan) Secara teoritis kondisi yang demikian sulit didapatkan, terutama pada jaman sekarang. Seandainya ada, frekuensinya akan sangat kecil.


4.      Membangun Solidaritas Melalui Filantropi
Deputi Koordinasi bidang penanggulangan kemiskinan kementrian koordinator bidang kesejahteraan rakyat menyatakan bahwa, jumlah penduduk miskin Indonesia masih cukup banyak, ditandai dengan adanya kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi bagi sebagaian masyarakat. Pada gilirannya kondisi tersebut apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan antara lain:
1.      Tingginya beban sosial masyarakat.
2.      Rendahnya kualitas dan produktifitas sumber daya manusia,
3.      Rendahnya partisipasi aktif masyarakat.
4.      Menurunnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
5.      Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
6.      Kemungkinan pada merosotnya mutu generasi yang akan datang.
Dilihat dari sub-sub permasalahan kemiskinan diatas cukuplah pelik terlebih lagi dengan naiknya harga BBM dan kebutuhan lainnya sekarang ini. Namun adanya masalah bukan berarti tertutup segala kesempatan. Masih ada konsep dan tatanan yang bisa diberdayakan, dimaksimalkan dan bahkan di massifkan. Potensi menuju kemajuan dan kebangkitan Indonesia tetap ada, dan upaya mengurangi tingkat disparsitas sosial yang sangat tinggi bisa dilakukan berbading lurus dengan pengurangan tingkat kemiskinan. Filantropi atau kedermawanan sosial adalah konsep indigius knowledge masyarakat Indosnesia dan dasar etik tertinggi dalam Islam merupakan salah satu solusinya, tinggal bagaimana mengelola, memaksimalkan dan memberdayakannya, karena akar permasalahan dan akar solusi ada dalam masyarakat. Konsep Filantropi Kedermawanan sosial (filantropi) bukanlah hal yang baru dan asing bagi masyarakat Indonesia. Meski terminologi Filantropi baru popopuler dalam lima tahun terakhir, sebenarnya masyarakat sudah mengenal dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai tradisi selama berabad-abad. Kebiasaan berderma pada dasarnya merupakan kebiasaan masyarakat yang berakar pada ajaran agama. Tradisi berderma ini berkembang pesat dan menemukan momentum pada pertengahan tahun 1990-an, saat krisis ekonomi, konflik sosial, kerusuhan, dan bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia.
Majalah Time tanggal 24 Juli 2000 pernah mengklaim bahwa bangsa Amerika adalah bangsa yang paling pemurah sedunia. Mengutip penelitian Universitas Jhon Hopkins, majalah ini membandingkan kedermawanan bangsa Amerika, dengan bangsa Jerman dan Prancis. Jumlah orang Amerika yang menyumbang uang pada 1999 mencapai 73%, jauh melebihi Jerman 44% maupun Prancis 43%. Secara nominal total sumbangan negeri Paman Sam pada periode 1999 mencapai 190 miliar dolar AS. Angka ini setara dengan sepertiga anggaran federal Amerika. Dengan perkiraan penduduk sekitar 250 juta orang, maka nilai sumbangan perkapita pertahun bangsa Amerika mencapai 760 dolar atau RP 7,6 juta.
Hal kedua yang menjelaskan perbedaan pola bersedekah masyarakat kita adalah motivasi utamanya. Di Indonesia faktor agama adalah motif utama bagi seseorang untuk menyumbang, tidak heran jika rate of giving masyarakat kita mencapai lebih dari 95 %. Salah satu bukti dari informasi ini adalah suburnya kegiatan berderma di hari-hari keagamaan seperti ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Potensi-Potensi Filantropi
A.    Diaspora Filantropi
Hamid Abidin dalam tulisannya From Rantau With Fund mengatakan bahwa ada potensi besar pada ‘diaspora Filantropi’ atau kedermawanan sosial para perantau dan hal tersebut merupakan salah satu potensi kedermawanan di Indonesia yang cukup unik. Kedermawanan ini diwujudkan dalam bentuk pemberian sumbangan berupa uang dan barang dan bentuk bantuan lainnya oleh warga yang merantau di kota-kota besar kepada kampung halamannya. Ada banyak organisasi perantauan yang menggalang dan mengelola sumbangan dari para perantau. Namun sayangnya, kepedulian dan kedermawanan terhadap kampung halaman ini tidak diimbangi dengan upaya pendayagunaan sumbangan secara optimal. Donasi para perantau sebagian besar masih dimanfaatkan untuk keperluan konsumtif dan charity. Selain karena pola pemberiannya yang dilakukan secara sendiri-sendiri, yang biasanya cenderung konsumtif, lembaga penggalangan dan pengelolaanannya juga belum bisa berdayaguna secara optimal. Selain itu hampir semua lembaga yang mengelola tidak pernah melakukan need assesment dan evaluasi dampak pemberian dana.
B.     Orang-orang Kaya
Majalah Forbes terbitan akhir Juni 2002 lalu measukkan nama Presidir PT.Gudang Garam, Rahman Halim dan Presidir HM Sampoerna,, Putra Sampurna ke jajaran 538 orang terkaya dunia yang masing-masing menempati peringkat 292 dan 387 dengan nilai kekayaan 20,5 triliun dan 14,8 triliun. Lain lagi yang dengan pengumuman majalah Swasembada yang  membeberkan profil 10 selebritis pencetak uang terbanyak. Krisdayanti bertengger di tempat teratas dengan penghasilan 4,5 miliar pertahun, dan diikuti sheila on seven, joshua, Melly Guslaw dan yang lainnya. Publikasi kekayaan dan nilai derma yang diberikan merupakan sebuah keharusan, karena dengan demikian ada upaya pemberian teladan dari satu hartawan kepada hartawan yang lain. Publikasi juga dapat menepis tudingan masyarakat bahwa yang bersangkutan hidup bermewah-mewah di tengah kemiskinann orang lain. Di Amerika maupun Eropa yang kegiatan Filantropinya sudah maju, publikasi yang berkaitan dengan derma, khususnya yang berkaitan dengan orang-orang kaya, sudah jamak. Kebiasaan derma semacam itu perlu ditradisikan di Indonesia dengan mendorong orang-orang kaya untuk mengumumkan secara terbuka peruntukkan kekayaan atau pendapatan yang diperolehnya.
C.     Derma Perusahaan
Pada tahun 2001, PBB menetapkan sebagai International Year of Volunteer atau tahun relawan sedunia. Momentum tersebut ternyata banyak mencetak para sukarelawan dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, aktivis LSM, karyawan, siswa, profesional, maupun pekerja sosial untuk bergerak lebih massif lagi dalam mengkampanyekan filantropi, tak hanya sekedar sebagai pekerja teknis tetapi juga merupakan donatur tetap. Yang paling menarik saat ini adalah banyak perusahaan memiliki divisi sosial yang khusus menampung, memngelola dan menyalurkan dana-dana sosial. Belum lama ini salah satu hotel di jakarta menyatakan akan menyumbangkan RP.10.000,00 dari tiap kamarnya yang disewa tamunya untuk diberikan kepada yayasan Kehati (keanekaragaman hayati), Dunkin Donuts, menyumbangkan Rp.100,00 dari tiap transaksinya dengan konsumen untuk membiayai anak putus sekolah. Sumbangan tersebut diserahkan kepada Yayasan Dompet Dhuafa (YDD). Konon dana yang terkumpul dalam waktu dua bulan adalah hampir seperempat miliar rupiah atau Rp 244 juta dari Dunkin Donat.
Dibanding dengan kebutuhan masyarakat tentunya angka ini tidak besar. Tetapi kalau saja puluhan atau bahkan ratusan perusahaan mengikuti jejaknya, tentu nilai dana sosial ini akan cukup berarti.
Archie B. Carol, mengembangkan satu konsep piramida tanggung jawab perusahaan. Dimana piramida ini terdiri atas empat jenjang tanggung jawab perusahaan.
1.      Tanggungjawab ekonomis. Sederhanannya adalah perusahaan harus menghasilkan laba.
2.      Tanggungjawab legal. Dalam mencapai tujuannya mencari laba, sebuah perusahaan aharus mentaati hukum.
3.      Tanggungjawab Etis. Ini berarti perusahaan berkewajiban menjalankan hal yang baik dan benar, adil dan fair.
4.      Tanggungjawab Filantropis, mensyaratkan perusahaan untuk memberikan kontribusi kepada publik. Tujuannya adalah meningkatkian kualitas kehidupan semua.
5.      Revitalisasi Filantropi Islam
Sepintas Islam Filantropi dan Kultur Filantrofi Indonesia
Kedermawanan dalam Bahsa Arab disebut al-sakhwah, lawannya adalah kebakhilan (al-bukhl). Orang yang bersifat dermawan disebut Sakhiy atau karim. Salah satu nama Allaha dalah karim, dan salah satu nama Allah adalah Al-Karim, karena Allah adalah yang paling suka memberi. Dalam Tabrani diriwayatkan, ada sahabat yang bertanya klepada Rasulullah, “Ya Rasulullah tunjukkan kepadaku amal yang menyebabkan aku masuk surga”. Rasulullah bersabda “Yang memastikan kamu kamu masuk surga dan mendapatkan ampunan adalah suka memberi makanan, menebarkan salam, dan berbicara dengan baik”.
Azyumardi Azra dalam pengantar dalam sebuah buku yang berjudul Memotret Filantropi di Indonesia, mengatakan bahwa filanrtropi Islam bisa dilihat dari tiga sudut pandang: doktrinal, institusional dan kademis. Secara Doktrinal, filantropi tidak diragukan lagi termasuk salah satu ajaran Islam yang telah ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an dan dicontohkan nabi Muhammad dalam beberapa hadisnya. Dalam surat Al-Baqarah ayat 267 Allah berfirman :”Hai orang-orang yang beriman, dermakanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian apa yang kamu keluarkan dari bumi untukmu. Dan, janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu dermakan kepadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji” Maksud makna dari Firman Allah ini telah jelas dan tegas. Paling tidak ada tiga hal yang yang bisa kita petik. Pertama, bahwa sebagai orang beriman, kita diperintahkan berderma atas karunia pemberian Allah. Kedua, bahwa kita tidak boleh memlih-milih sesuatu yang kita dermakan kepada orang yang berhak menerima dengan hal-hal yang buruk saja, sedangkan yang baik-baik untuk kita sendiri. Dan ketiga, firman Allah ini menjadi peringatan bagi kita bahwa kita adalah makhluk Allah yang tidak memiliki apa-apa, sedangkan Allah itu Mahakaya.
Karena itu derma yang kita berikan bukan untuk ‘kepentingan’ Tuhan yang Mahakaya, tetapi untuk kepentingan dan kebaikan bersama-sama, kita hidup saling membantu dan saling menolong.
Dalam berbagai hadist juga disebutkan bahwa tanda iman adalah amal shaleh. Nabi menjelaskan tentang siapa orang yang beriman itu: “Tidak beriman kamu sebelum kamu mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. “Tidak beriman kamu kalau kamu tidur kenyang sementara tetangga kelaparan di samping kamu”. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir muliakanlah tetanggamu”. Dari hadis-hadis ini, Nabi mendefinisikan iman dengan sejumlah amal saleh, dan seringkali iman itu ditandai dengan bentuk amal sosial, daripada amal saleh yang bersifat ritual.
Pada tataran institusional dan akademis, Filantropi Islam merupakan salah satu bidang yang masih terlantar dan terabaikan, terutama di Indonesia. Namun bila dilihat dari tingkat global, lembaga-lembaga filantropi sesungguhnya telah hadir sejak masa-masa awal Islam. Secara Historis disebutkan, bahwa ada satu kecendungan di kalangan penguasa Muslim, sejak Daulah Abasiyah hingga Turki Utsmani, selalu menunjukkan Filantropi mereka dalam berbagai bentuk kelembagaan khususnya pendidikan dan madrasah. Sementara itu, Universitas Al-Azhar di Mesir menjadi satu contoh filantropi Islam yang amat luar biasanya dengan harta wakafnya dan juga hasil-hasil usaha lainnya.
Di Indonesia, Filantropi bukan hal yang baru. Sebelum abad 19, tradisi kedermawanan sudah berkembang di lingkungan Istana, misalnya di kalangan kesultanan Aceh dan Mataram.
Filantropi atau kedermawanan sosial merupakan akar budaya bangsa Indonesia dan juga pesan etika tertinggi dalam Islam. Hanya saja upaya tersebut tidak semassif apa yang terjadi di negara-negara Barat. Terlebih pengelolaanya yang belum profesional. Sebetulnya bangsa yang tingkat solidaritsnya tinggi merupakan bengsa yang akumulasi filantropinya tinggi juga. Tinggal bagaimana iklim untrust bisa di minamlisir dan krisis sosial ekonomi pada dasarnya bisa tuntas dari dalam tanpa campur tangan luar yang terlalu dominan, melalui maksimalisasi kesadaran filantropi mulai dari individu (petani hingga artis atau atlit) dan perusahaan dari segala level usaha.       







DAFTAR PUSTAKA


Andi Agung Prihatna, dkk, Revitalisasi Filantropi Islam, (Jakarta : Pusat Bahasa
dan Budaya, 2005).
Purwanto, A. ( 2015, Januari Minggu). April Purwanto. Retrieved 11 Selasa,
2016, from Apa itu Filantropi: http://aprilpurwanto01.blogspot.co. id/2015
/01/apa-itu-filantropi.html
Rahmatullah. (2008, Januari Minggu). Kesejahteraan Sosial. Retrieved November Kamis, 2016, from Membangun Solidaritas Melalui Filantropi: http://www.rahmatullah.net/2008/01/membangun-solidaritas-sosial-melalui.html
Syahrul, M. (2010, Oktober Senin). Wawasan Pendidikan. Retrieved November Kamis, 2016, from Perilaku-Perilaku Filantropi: http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/perilaku-perilaku-filantropi.html
Syahrul, M. (2014, 10 Senin). Pengertian, sifat serta Kategori Perilaku Filantropi. Retrieved 11 Selasa, 2016, from Filsafat, Materi Pendidikan: http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/Pengertian-Ciri-Ciri-serta-Kategori-Perilaku-Filantropi.html
Syahrul, M. (2014, 10 Senin). Pengertian, sifat serta Kategori Perilaku Filantropi.
Retrieved 11 Selasa, 2016, from Filsafat, Materi Pendidikan:
Zaim saidi dan Hamid Abidin, 2004. Menjadi Bangsa Pemurah; Wacana dan
Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia.
                                                                                                                               
                                                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar